ILUSTRASI PENDERITAAN SEBAGAI ZONA NYAMAN
Ada seorang anak laki-laki sebut saja namanya Paijo, berumur 4 tahun ponakan saya. Suatu kali dia mengalami peristiwa tergores tagannya akibat bermain gunting. Sebenarnya apa yang dia alami cuma luka kecil, tetapi bagi anak usia 4 tahun, jika sampai ada darah berarti menjadi suatu yang serius. Lalu Bapaknya membalut lukanya dengan penuh kasih sayang dengan perban. sekitar beberapa jam kemudian, Paijo bermain sambil mengangkat "jarinya yang malang" agar semua orang melihatnya, dengan harapan ada yang menaruh simpati. Akan tetaapi seiring waktu berjalan ia melupakan luka kecil yang ada dijarinya itu sehingga saya bertanya, "Paijo, apakah luka di jarimu sudah sembuh?". Mendadak ia mengangkat jari tangannya yang terluka dan dengan menunjukan wajah memelas ia berkata, "Jariku belum sembuh, Ini masih sakit?"
Bukankah seringkali kita sedikit banyak mirip dengan Paijo? Kita mengalami beberapa masalah dan pederitaan, jika tidak hati-hati kita justru menikmati "memakai" penderitaan sebagai perban yang ingin kita tunjukan pada orang-orang di sekitar kita agar setiap orang bersimpati pada kita. Rasa sakit kita masih muncul dipermukaa, mudah kita ceritakan kepada siapapun dan dalam setiap percakapan, yang tanpa kita sadari mendominasi agenda kita. Lambat laun penderitaan yang kita alami menjadi sebuah Zona Nyaman bagi kehidupan kita, yang membuat kita terkungkung didalamnya karena tanpa kita sadari kita menikmatinya.